Koto Tinggi/ 21-09-2019
APAKAH STUNTING ITU ?
Dikutip dari situs Kemenkes, STUNTING adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1.000 Hari Pertama Kelahiran). Nah lalu apa penyebabnya? Hal ini karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Stunting adalah kondisi yang ditandai tinggi badan anak kurang dari tinggi badan normal pada usianya. Ini merupakan masalah gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan buah hati yang efeknya untuk jangka panjang. Tahukah Ayah dan Bunda, hampir sekitar 162 juta balita di seluruh dunia dan 8 juta balita dan Indonesia mengalami stunting. Kondisi Stunting pada Bayi huga dipengaruhi oleh Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan STUNTING adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat memengaruhi pertumbuhan anak.
Tentu Ayah dan Bunda tahu bayi membutuhkan perhatian lebih, terutama soal asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Meski disebut sebagai masalah yang dipicu banyak sebab, kondisi stunting kerap disebabkan kurangnya perhatian orang tua. Karena itu, Ayah dan Bunda harus mulai mewaspadai stunting dan mengenali gejalanya, agar dapat melakukan pencegahan sedini mungkin. Ketentuan penanganan STUNTING ini dapat dibaca ketentuannya
dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi
Pemantauan tinggi badan dibutuhkan untuk menilai apakah pertumbuhan tinggi badan anak masuk kategori normal atau tidak. Bunda dapat melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan si buah hati secara berkala di posyandu dan pastikan perkembangannya terpantau dengan grafik pertumbuhan.
Risiko Kesehatan pada Anak Stunting
Stunting yang dialami oleh anak memunculkan risiko kesehatan jangka panjang, di antaranya adalah:
Otak kurang berkembang. Dalam jangka waktu panjang, kemampuan mental dan kecerdasan anak akan menurun.
Tingkat produktivitas yang rendah ketika dewasa.
Peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Memiliki risiko lebih besar untuk terserang penyakit.
Tubuh lebih pendek dari orang normal akan diturunkan kepada generasi berikutnya. Hal ini disebut dengan siklus kekurangan gizi antargenerasi.
Ibu yang mengalami kurang gizi kronis memiliki risiko lebih besar terhadap komplikasi persalinan. Ini karena ukuran panggul lebih kecil berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Untuk mencegah stunting terjadi pada buah hati, ada beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan:
1. Memperbaiki Gizi dan Kesehatan saat Hamil
Ini merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Saat hamil, Bunda perlu mendapat makanan yang baik. Ibu hamil yang sangat kurus atau mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu mendapatkan makanan tambahan.
Selama masa kehamilan, Bunda harus selalu menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Saat hamil, Bunda perlu mendapat minimal 90 tablet penambah darah. Hal ini untuk mencegah Bunda mengalami anemia selama kehamilan.
2. ASI Eksklusif dan MPASI Bernutrisi
Setelah lahir, lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dengan bantuan dokter atau bidan terlatih. IMD diperlukan sebagai langkah awal ASI eksklusif. Sampai dengan usia 6 bulan, buah hati hanya perlu mendapat asupan nutrisi dari ASI eksklusif.
Mulai usia 6 bulan, Bunda dapat memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) kepada buah hati. Meski sudah mendapatkan MPASI, sebaiknya Bunda terus memberikan ASI hingga buah hati berusia 2 tahun.
Berikan MPASI dengan bahan-bahan yang bergizi untuk memenuhi nutrisi harian buah hati. Menu MPASI biasanya berupa makanan yang sudah diolah hingga menyerupai bubur halus dari buah-buahan, kentang tumbuk, bubur susu, ataupun nasi yang dihaluskan.
3. Memantau Pertumbuhan dan Imunisasi
Imunisasi lengkap juga diperlukan untuk memastikan buah hati Bunda mendapat perlindungan maksimal. Pastikan buah hati mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi dasar lengkap melalui posyandu terdekat di lingkungan tempat tinggal Bunda.
Mengunjungi posyandu secara berkala juga penting untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang buah hati, Ayah dan Bunda, Tenaga ahli di posyandu akan mencatat pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala. Ini merupakan upaya sangat strategis untuk mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan sejak dini.
4. Gaya Hidup Sehat
Setiap rumah tangga perlu menerapkan perilaku hidup sehat. Ini karena menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap kesehatan seluruh anggota keluarga.
Tempat tinggal yang bersih dan sehat menurunkan risiko penyakit. Makanan yang disiapkan secara higienis juga memaksimalkan nutrisinya. Kalau berhasil memberikan asupan nutrisi yang baik bagi buah hati, stunting bisa dicegah, Bun. Dengan begitu buah hati pun bisa tumbuh kuat dan sehat.
Selain itu, pastikan Bunda membiasakan si buah hati menjalani pola hidup bersih dan sehat. Bunda dapat mencontohkan dengan mencuci tangan sebelum makan. Menjaga asupan nutrisi dan gaya hidup bersih dan sehat, membantu menopang kesehatan dan mencegah stunting.
Nah, untuk mencegah munculnya risiko kekurangan gizi kronis, Ayah dan Bunda hendaknya memperhatikan beberapa asupan gizi berikut ini:
1. Protein Hewani
Protein hewani mengandung asam amino lengkap yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Protein hewani bisa didapatkan dari daging sapi, ayam, ikan, telur, atau susu. Pastikan Bunda memberi asupan yang mengandung Omega–3 dan Omega–6, misalnya dari ikan laut, untuk membantu daya pikir. Jenis ikan laut yang kaya Omega-3 dan Omega-6 di antaranya ikan tuna, makarel, dan sarden.
2. Zat Besi
Saat masa kehamilan, hendaknya bunda memenuhi asupan zat besi untuk menghindari anemia. Menurut para ahli, anemia akibat kekurangan zat besi pada dua trimester pertama akan berdampak terhadap risiko bayi lahir prematur atau berat badan rendah.
Sumber zat besi bisa Bunda dapatkan dari daging merah, unggas, dan berbagai jenis ikan. Namun, Bunda juga harus menghindari konsumsi hati ayam/kambing/sapi. Ini karena makanan tersebut memiliki kandungan vitamin A tinggi dan tidak aman untuk kehamilan.
Selain memperhatikan asupan makanan, mengonsumsi suplemen zat besi dosis rendah juga disarankan. Setidaknya Bunda perlu 30 mg per hari sejak konsultasi kehamilan pertama.
3. Asam Folat
Peranan gizi asam folat sangat penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang buah hati, loh, Bun. Mengonsumsi asam folat selama kehamilan dapat mengurangi risiko gangguan fisik. Asam folat juga membantu mencegah cacat tabung saraf, yakni penyakit bawaan lahir yang disebabkan gagalnya perkembangan organ bayi.
Bunda bisa mendapatkan asupan asam folat dari kuning telur, unggas, jagung, wortel, serta sayuran hijau seperti bayam, seledri, brokoli, buncis, dan kacang panjang. Asupan asam folat juga bisa Bunda dapatkan dari buah-buahan seperti alpukat, jeruk, pisang, dan tomat. Biji-bijian seperti biji bunga matahari (kuaci) dan produk olahan gandum juga memiliki kandungan asam folat tinggi.
Selain itu, Bunda disarankan menambah asupan asam folat melalui suplemen. Hal ini bertujuan memastikan jumlah asam folat yang masuk ke dalam tubuh tetap sesuai takaran setiap harinya.
Sebaiknya Bunda mulai mengonsumsi suplemen asam folat sebanyak 400 mikrogram (mcg) per hari selama satu bulan sebelum kehamilan hingga trimester pertama kehamilan. Hal ini dapat mengurangi peluang buah hati terkena risiko gangguan kelahiran lainnya, termasuk stunting.
Kurangnya nutrisi si buah hati pada 1.000 hari pertama memang merupakan salah satu penyebab stunting pada anak. Asupan gizi yang buruk akan menghambat tumbuh kembang anak yang secara langsung dapat terlihat dari tinggi badan pada usia-usia tertentu.
Meski demikian, Bunda dapat mencegah stunting sejak awal kehamilan dengan selalu menjaga kesehatan. Asupan nutrisi yang seimbang setiap harinya dapat mengurangi risiko gangguan kesehatan selama kehamilan Bunda serta memastikan buah hati tumbuh sehat dan kuat.
Dan yang pasti Ayah dan bunda harus terus belajar dan menambah ilmu, pola asuh yang sesuai dan menjalani pola hidup sehat.
Sumber : dari berbagai sumber